Kamis, 29 Januari 2015

Cukuplah Bangga Menjadi Indonesia

Kegiatan pembangunan secara ideal bertujuan untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu yang terpatri dalam rumusan dasar negara kita yakni Pancasila. Modal agar kita dapat mencapai keadilan sosial adalah sumber daya manusia nya, yang ber-Tuhan, yang berkemanusiaan, yang bersatu dan yang bermusyawarah. Sehingga dari sumber daya manusia yang berkualitas inilah sumber daya alam akan diolah dengan baik. Bagi sebagian rakyat kemakmuran atau kesejahteraan adalah milik kaum yang berkantong tebal, dan ada pula yang berpandangan bahwa kemakmuran hanya untuk yang memerintah bukan untuk seluruhnya. Bagi saya kesejahteraan dan kemakmuran memiliki arti yang sangat berbeda, bagi saya kesejahteraan dan kemakmuran bukan untuk yang memerintah atau yang diperintah atau yang menikmati perintah tapi kesejahteraan untuk semua rakyat, penduduk, penghuni suatu rumah (Negara).
Menatap lebih jeli lagi, dari fakta yang ada telah diketahui sekarang ini harga bahan pokok kian bersaing dengan harga diri. Mengapa ini  terjadi dinegara kita yang terkenal dengan “ijo royo-royo toto titi tentrem gemah ripah loh jinawi’’ para sesepuh kita menyebut Negara ini adalah Negara hijau yang kaya raya tertata dengan kesejahteraan makmur dalam jiwanya. Kurang lebih 150 orang mengaku lebih memlilih menjadi gepeng dari pada dia harus kelaparan atau melakukan tindak kriminal yang lain, dan fakta yang ada dilapangan sekitar 200 perampok / maling tertangkap setiap harinya di seluruh wilayah Indonesia.
“Negara ini bisa besar dari sector pertanian” ucap Kyai Mustofa Bisri dalam suatu pidatonya, sekarang kita belajar dari perkataan tersebut. Kenapa pertanian kita sangat tragis seperti ini padahal Negara ini adalah lumbung yang besar. Mungkin karena kepemilikan atau penguasaan tidak terkendali. Seperti yang kita lihat bahwa yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan tetap saja tercekik.
Dari berbagai perkembangan sejarah didunia. Terbukti bahwa suatu Negara yang tidak seimbang kepemilikan dan penguasaan sumber daya alamnya. Akan menimbulkan kesengsaraan rakyat dan pelbagai masalah.
Istilah pembaruan agraria (reforma agraria) mungkin jalan keluar yang bisa kita lakukan, atau pengertian singkatnya adalah lendreform. Hampir seluruh Negara dalam proses pembagunan Negara pernah melakukan ini. Memang pembaruan agrarian ini adalah konsep dari kaum sekularisme tapi mengapa kita tidak mencoba mengambil yang baik untuk kebaikan Negara kita, kalau memang ada efek samping atau imbas jika efek tersebut lebih sedikit dari pada manfaat kenapa tidak.  Pelaksanaan lendreform ini adalah untuk mempertinggi taraf hidup petani sebagai landasan untuk menyelenggarakan ekonomi adil dan makmur berdasar pancasila.
Setelah enam bulan dari kemerdekaan Bung Hatta menyampaikan pidatonya yang berjudul “Ekonomi Indonesia di Masa Depan”. Sekalipun isinya hanya berupa gagasan bukan ketetapan, tetapi pidato itu dapat mencerminkan kehendak para pendiri bangsa ini. Didalam pidatonya beliau sangat menegaskan bahwa tanah tidak bisa dikuasai oleh sebagian orang tetapi harus merata.
Ternyata Indonesia telah menjalankan sistem lendreform ini sudah sejak jaman kerajaan, dan puncaknya saat dibuatnya Undang – Undang Pokok Agraria tahun 1960. Hambatan yang menghadang termasuk pro-kontra substansialnya dan kecurigaan terhadap penyusupan paham komunis di dalamnya, akibat kendala-kendala itu, maka landreform yang begitu krusial sempat tidak berjalan begitu lama. Padahal dalam sejarahnya landreform justru pertama kali dipopulerkan oleh Amerika Serikat di Jepang, Taiwan dan Korea Selatan.  Ahli Tanah dari New York, Wlf Ladeijensy, dikontrak untuk melancarkan kebijakan pembagian tanah guna menangkal pengaruh komunisme. Namun saat diundang oleh Presiden Soekarno untuk membantu melakukan program serupa di Indonesia, Ladeijensky  berpendapat program landreform ini akan gagal di Indonesia, karena minimnya pemerintah yang dapat digunakan membeli tanah-tanah luas yang akan dibagikan. Juga setelah kunjungannya yang pertama (1961) beliau mengatakan bahwa keadaan tanah di jawa yang langka dan penduduk yang banyak maka ketentuan luas maksimun tidak memungkinkan tersedianya tanah yang cukup untuk dibagikan (erman Rajagukguk, 1985;323). Jika konsistensi pemantau batas pemilikan tanah terus dijaga baik batas maksimal maupun minimal tentu persoalan keadilan di bidang pertanahan tidak akan merebak.
Sejak awal pelaksanaan landreform sekitar tahun 1961 sampai dengan tahun 2002 setidak-tidaknya sebanyak 840.227 ha tanah obyek landreform sudah didistribusikan kepada 1,328 juta lebih keluarga petani yang tersebar di seluruh Indonesia antara lain adanya administrasi pertanahan yang tidak sempurna. Hal ini mengakibatkan luas tanah obyek landreform yang akan dibagikan menjadi tidak tepat Kelemahan ini sangat rawan dan membuka peluang bagi penyimpangan dan penyelewengan (Kompas Cyber,13 Mei 2002).
Hambatan utama landreform adalah lemahnya kemauan politik pemerintah seperti pada masa orde baru yang lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi memang jika dilihat pertumbuhan ekonomi sangat penting, akan tetapi yang lebih penting lagi bukannya tumbuhnya ekonomi didampingi dengan meratanya ekonomi tersebut. Tabungan kita untuk membangun negeri sebenarnya sudah ditemukan hanya saja kurang tindakan atas tabungan tersebut. Untuk mengatasi penguasaan lahan kita punya reforma agraria, untuk memanfaatkan tanah yang kurang subur kita punya teknik solarisasi tanah, untuk para petani yang tidak punya lahan kita memiliki urban farming, akuaponik, hidroponik dan lain sebagainya. Masalah menurut penulis adalah tentang air, memang seperempat dari bumi ini adalah air, akan tetapi jika air dikuasai oleh seseorang bukan mustahil Negara bahkan bumi ini akan kekeringan. Tak terbayang jika kita ingin memakai air harus menyaring dari air laut misalnya. Itulah masalah pertanian yang menurut saya perlu diselesaikan, coba bayangkan jika pemerintah kita telah membangun saluran irigasi besar-besaran akan tetapi air yang mengaliri sedikit atau bahkan habis?

Kalau lah orang miskin dilarang sakit, tentulah makam akan bertambah sempit, jika orang miskin tak boleh pandai makan serakah semakin semeringah. Negeri ini katanya serpihan surga, nyatanya berbanding terbalik, mengeluh bukan solusi untuk menyelesaikan masalah, mari kita bersama-sama berjalan membangun Indonesia yang ber-Tuhan, berkemanusian, bersatu, bermusyawarah untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cukuplah sudah keluh kesah itu, mari kita bangun ekonomi yang merata yang dapat membangunkan raksasa besar yang  sedang tidur. Cukuplah bangga menjadi Indonesia. (By : Noval Abdillah_Ilalang) 

Indonesia Negeri Agraris (katanya)?

Indonesia. Begitulah saya menyebut nama negeri ini, negeri tempat saya dilahirkan dan dibesarkan dan negeri tempat saya belajar. Negeri ini sangatlah kaya, dengan luas  1.919.440 km², lautan terhampar luas, hutan  yang lebat, sawah-sawah pun terbentang disetiap penjuru desa. Negeri ini sangatlah bergantung pada pertanian, bahkan ada pepatah yang mengatakan “ karena Petani Indonesia masih ada”, pepatah tersebut belum tentu kebenarannya namun tidak bisa disebut salah jika kita melihat sebagian besar penduduk indonesia bekerja pada sektor pertanian. Banyaknya lahan pertanian juga mendukung pepatah tersebut. Namun, bagaimanakah sebenarnya keadaan pertanian di indonesia saat ini? Untuk itulah penulis mencoba berbagi sedikit informasi yang penulis ketahui.

Kondisi Pertanian di Indonesia
Dengan segala potensi sumberdaya alam yang sangat besar dan letak geografis serta iklim tropisnya itu seharusnya pada saat ini Indonesia menjadi negara yang maju dalam bidang pertanian pada khususnya. Namun faktanya kondisi pertanian kita pada masa kini sangat terpuruk. Bagaimana tidak kini kita menjadi negara perngimpor buah-buahan, ternak dan bahan pangan utama seperti beras, jagung, kedelai dan gula. Sungguh kondisi yang sangat ironis mengingat pada era tahun 1980-an negara kita menjadi negara pengekspor utama beras di wilayah asia. Dahulu kala negara seperti Malaysia yang pernah belajar bagaimana cara bercocok tanam pada kita kini justru kondisinya terbalik, kini kita yang belajar pada mereka. Kini kitalah yang membeli beras dari mereka.
Sungguh aneh, dengan anugrah potensi sumber daya yang sangat besar kita masih belum mampu mengelolanya dengan baik. Kita masih kurang bersyukur dengan pemberian anugrah tersebut karena kita lebih banyak melakukan kerusakan alam daripada kita memanfaatkannya untuk kesejahteraan rakyat. Seharusnya kita harus bisa instropeksi mengapa hal itu terjadi pada negara kita. Seharusnya kita malu dengan negara lain seperti Jepang negara yang lebih sempit dengan kondisi tanah yang tidak sesubur kita namun sistem pertaniannya jauh lebih maju meninggalkan kita.

Masalah Pertanian di Indonesia
Pertanian di Indonesia sampai saat ini masih memiliki banyak masalah yang belum diselesaikan yang membuat sector pertanian tersebut berkembang seperti halnya di Negara maju. Berikut ini adalah beberapa masalah pertanian di Indonesia :
1                 1.    Skala kecil,
2.     Modal yang terbatas,
3.    Penggunaan teknologi yang masih sederhana,
4.     Sangat dipengaruhi oleh musim,
5.    Wilayah pasarnya local
6.    Umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi),
7.     Akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah,
8.     Pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani,
9.     Pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali
10.   Kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani,
11.   Kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang,
12.  Swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani.

Banyaknya masalah inilah yang menyebabkan  lemahnya pertaanian Indonesia saat ini, sebagai bangsa Indonesia yang baik, sudah seharusnya kita  memperbaiki keadaan ini. Berikut ini adalah beberapa solusi yang mungkin bisa memperbaiki pertanian di Indonesia :

1.    Optimalisasi program pertanian organik secara menyeluruh di Indonesia serta menuntut pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah lingkungan.
2.     Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya dilindungi oleh undang-undang.
3.     Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa program insentif usaha tani, program perbankan pertanian, pengembangan pasar dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani, serta pengembangan industrialisasi yang berbasis pertanian/pedesaan, dan mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.
4.    Indonesia harus mampu keluar dari WTO dan segala bentuk perdagangan bebas dunia pada tahun 2014.
5.    Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal hasil-hasil penelitian ilmuwan lokal.
6.    Mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
7.    Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.
8.    Membuat dan memberlakukan Undang-Undang perlindungan atas Hak Asasi Petani.
9.    Memposisikan pejabat dan petugas di setiap instansi maupun institusi pertanian dan perkebunan sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
10.  Mewujudkan segera reforma agraria.

Solusi yang terpenting adalah dengan dilaksanakannya, bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian yang terintegrasi melalui penumbuhan wirausahawan dalam bidang pertanian (inkubator bisnis) berupa pelatihan dan pemagangan (retoling) yang berorientasi life skill, entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha, program pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda melalui kegiatan magang ke negara-negara dimana sektor pertaniannya telah berkembang maju, peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi pertanian, pengembangan program studi bidang pertanian yang mampu menarik generasi muda, serta program-program lain yang bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan bakat generasi muda di bidang pertanian serta melahirkan generasi muda yang mempunyai sikap ilmiah, professional, kreatif, dan kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian Indonesia, seperti olimpiade pertanian, gerakan cinta pertanian pada anak, agriyouth camp, dan lain-lain.


Demikianlah tulisan yang bisa saya tuangkan dalam artikel ini, marilah kita berdoa untuk negeri ini agar menjadi negeri agraris yang sebenarnya bukan hanya “katanya”, semoga kita semua bisa menjadikan Indonesia yang mampu bersaing dalam bidang pertanian di tingkat Asia bahkan Dunia. Jayalah Negeriku… Jayalah bangsaku… Jayalah Indonesiaku! (By : Sahrul Maulidian_Ilalang)

Bagaimana Keadaan Pertanian di Indonesia Saat ini?

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia di mana 2/3 wilayahnya berupa lautan dan 1/3 berupa daratan. Indonesia adalah negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi, hal ini menyebabkan Indonesia kaya akan berbagai macam sumber daya alam. Umumnya tanah di Indonesia adalah tanah yang subur yang berpotensi untuk pertanian. Sebagian besar penduduk di Indonesia berprofesi sebagai petani oleh karena itu Indonesia disebut juga sebagai negara agraris.
Sebagai negara agraris dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah seharusnya Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Tapi nyatanya? Kini hampir 65% kebutuhan pangan dipenuhi dari hasil import dan masih banyak penduduk di pedesaan khususnya para petani yang hidup kesusahan dan miskin.
Beras adalah salah satu contoh produk pertanian yang diimpor oleh Indonesia dari negara lain. Produksi beras Indonesia yang begitu tinggi belum bisa mencukupi kebutuhan penduduknya, akibatnya Indonesia masih harus mengimpor beras dari negara lain. Selain beras, bahan pokok lainnya seperti kedelai, tepung, cabai, bawang merah, singkong, daging sapi dan hortikultura pun harus diimpor dari luar negeri. Hal ini sangat memprihatinkan, mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah.
Ketergantungan pangan bangsa Indonesia terhadap negara lain amatlah tinggi. Pada tahun 2012, volume impor beras, jagung, gandum, kedelai, gula, susu dan daging mencapai 17,6 juta ton senilai US$ 9,4 miliar. Defisit pangan tahun 2012 sejumlah 17,35 juta ton dengan nilai US$ 9,24 miliar karena ekspor hanya 250 ribu ton dengan nilai US$ 150 juta.
Penyebab ketergantungan import bahan pangan yang dilakukan Indonesia diantaranya adalah jumlah penduduk yang tinggi membuat kebutuhan pangan semakin besar, akibatnya produksi dalam negeri masih kurang atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Kemudian seluruh masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Dengan besarnya jumlah penduduk di Indonesia maka kebutuhan beras pun menjadi sangat besar. Penduduk Indonesia merupakan konsumen beras terbesar di dunia dengan jumlah konsumsi 154 kg per orang per tahun. Bandingkan dengan rerata konsumsi di China yang hanya 90 kg, India 74 kg, Thailand 100 kg, dan Philppine 100 kg. Hal ini mengakibatkan kebutuhan beras di Indonesia menjadi tidak terpenuhi. Walaupun produksi beras Indonesia tinggi tetapi belum bisa mencukupi kebutuhan penduduknya, akibatnya Indonesia masih harus mengimpor beras dari negara penghasil pangan lain seperti Thailand. Luas lahan yang semakin sempit, mahalnya biaya transportasi, dan kebijakan-kebijakan  pemerintah yang tidak pro-rakyat diduga semakin memperparah keadaan.

Seharusnya pemerintah melakukan upaya agar dapat menanggulangi masalah import pangan, diantaranya peningkatan kesejahteraan petani desa, peningkatan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi pembangunan nasional, program peningkatan ketahanan pangan, mewujudkan  kedaulatan pangan, program pengembangan agribinis dan adopsi strategi pembangunan pertanian dari negara lain. (By : Amalia Suci Annisa_Ilalang)

Bertani Sumber Kehidupan Pedesaan

Kegiatan bertani identik dengan kehidupan pedesaan. Petani bercocok tanam di sawah dengan penuh semangat. Sayur-mayur dan buah-buahan menghiasi petak sawah. Hama dan gulma yang menggangu tanaman dibersihkan tanpa ampun. Cuaca buruk tak menjadi penghalang. Yang penting saat panen nanti bisa menjadi berkah bagi keluarga.
            Bertani di desa tidak harus terpaku menjadi petani. Kalau punya lahan di desa bisa mempekerjakan warga sekitar untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, yang biasa disebut buruh tani. Hitung-hitung sekaligus memberdayakan warga yang belum punya pekerjaan. Pemilik lahan tersebut bisa sesekali ke sawahnya untuk merawat, menyiram, hingga memanen tanamannya. Hasil penjualan dibagi sesuai kesepakatan, tetapi sebaiknya tidak merugikan salah satu pihak.
            Penjualan produk pertanian punya dua cara. Salah satunya adalah menjual ke tengkulak yang datang. Tengkulak biasanya mendatangi langsung ke pemilik sawah sehingga petani tidak perlu kesulitan mencari pembeli hasil panennya. Di saat transaksi, seperti biasanya negosiasi harga pasti terjadi. Namun petani sering dirugikan, sebab harga jualnya sudah dipermainkan oleh tengkulak sehingga petani pasrah menjual dengan harga murah. Sebab bila tidak dijual produknya lama-lama membusuk. Maka di sini petani diharapkan sudah mengetahui harga pasar saat itu agar tidak dimainkan harga jualnya. Cara kedua ialah dikirim ke pasar menggunakan kendaraan bak terbuka. Lama tidaknya produk bertahan tergantung pengemasan dan jenis produk itu sendiri. Produk tersebut dijual sesuai harga pasar yang berlaku.
            Produk pertanian kota semuanya berasal dari desa. Sebab, wilayah kota rata-rata tidak memiliki tanah yang dimanfaatkan untuk pertanian. Kalau pun ada, hasil panennya bukan untuk dijual. Coba hitung berapa banyak pasokan sayur-mayur dan buah-buahan yang dibutuhkan  masyarakat kota. Bayangkan bila pasokan dari desa mengalami kendala seperti kesulitan pengiriman, gagal panen, dan produk rusak, pasti ketersediaannya akan berkurang dan harga di pasar pun semakin mahal.

            Pemerintah harus merumuskan kebijakan yang tepat. Mereka pasti tidak buta dengan keadaan ini. Maka sebaiknya kebijakan yang dibuat harus menguntungkan rakyat secara menyeluruh. Kegiatan yang dilakukan kalangan kecil menengah ini harus menjadi budaya yang dijaga kelestariannya demi masa depan bangsa yang kuat sumber pertaniannya. (By : Adam Suhada_Ilalang)

Sektor Pertanian Primadona Negeri Pertiwi


          Pertanian Indonesia, sungguh sangat disayangkan sekali negara yang besar, tanahnya subur, dan kaya raya seperti negara Indonesia harus mengimpor berbagai makanan kebutuhan pokok khususnya beras. Para petani yang sangat berjasa untuk negara pun hidup dibawah garis kemiskinan. Mereka adalah pahlawan-pahlawan pangan yang harus diperhatikan. Bagaimana jika tidak ada petani?
         Pertanian Indonesia seharusnya sudah menjadi prospek industri yang menjanjikan, industri pertanian selalu dipandang sebelah mata. Masyarakat lebih percaya bahwa di pasar finansial, telekomunikasi-informasi, farmasi, industri pertambangan, dan perminyakan adalah cabang-cabang produksi yang mendatangkan  keuntungan yang berlipat dibanding industri pertanian.
          Dalam peta industri pertanian dunia seharusnya Indonesia merupakan salah satu primadona untuk investasi pertanian. Lahannya yang subur dan masih cukup luas sangat cocok sekali jika Indonesia dikatakan sebagai negara “Industri Pertanian Raksasa”. Yang segala sesuatu kebutuhan pangannya terpenuhi dan jauh dari bencana busung lapar. Namun hal itu tidak sesuai dengan harapan.
          Berbagai permasalahan pertanian muncul, salah satunya adalah permasalahan lahan. Setiap tahun selalu saja terjadi pertumbuhan jumlah penduduk dan semakin meningkatnya kebutuhan pangan. Namun, tidak didorong dengan meningkatnya jumlah lahan pertanian, banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi daerah permukiman, maupun daerah perindustrian.
           
Berbagai solusi diupayakan pemerintah agar para petani Indonesia sejahtera dengan memberi bantuan subsidi pupuk hingga pemberian bibit. Namun tetap saja itu tidak membuat petani sejahtera, banyak permasalahan yang dihadapi para petani sehingga banyak sebagian petani yang gulung tikar, beralih profesi, dan bahkan ada yang menjual lahan pertanian mereka kepada pihak-pihak swasta yang ingin membangun daerah perindustrian. Dalam hal ini petani tidak bisa disalahkan karena telah menjual tanah mereka, hal ini merupakan hak mereka dan tanah tersebut juga milik mereka, jadi hak mereka untuk memperlakukan tanah mereka tersebut untuk apa.         
Dalam membentuk Pertanian Indonesia yang sejahtera dan diakui oleh dunia. Seharusnya ada hubungan dan kerja sama yang baik antara pemerintah. Dalam pandangan Islam menganjurkan sebaiknya segala sesuatu yang menyangkut hak hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Sehingga dalam permasalahan lahan di Indonesia, pemerintah harus menyediakan lahan pertanian berkelanjutan dan kegiatannya berada dibawah pengawasan negara. Lahan pertanian tersebut adalah lahan pertanian yang berasal dari tanah milik negara bukan lahan milik individu. Tanah milik negara dalam dewasa ini, banyak yang belum di manfaatkan menjadi lahan produktif. Sehingga sebaiknya tanah tersebut dimanfaatkan menjadi lahan pertanian.
Kemudian lahan-lahan yang sudah menjadi lahan pertanian harus dilindungi dan diatur dalam undang-undang. Jika lahan-lahan tersebut dialih fungsikan maka akan mendapatkan sanksi berupa hukuman kurungan ataupun denda. Sehingga dalam jangka panjang lahan pertanian tersebut tidak beralih fungsi karena sudah ditetapkan sebagai kawasan pertanian yang sudah dilindungi dan diatur dalam undang-undang.
Saat ini pemerintahan Presiden Joko widodo sedang ingin menjadikan negara Indonesia menjadi negara swasembada pangan dalam 3 tahun. Program pertama beliau adalah memberi bantuan para petani mengenai Irigasi, kemudian Presiden Jokowi memberi bantuan ribuan traktor ke pada petani di suatu daerah. Semoga saja segala usaha yang diupayakan beliau dapat membuahkan hasil yang memuaskan dan tujuannya dapat tercapai. (By : Muhamad Nur Aziz_Ilalang)
Negara ini akan maju jika sector pertanian sudah maju dan para petaninya sejahtera! 

Minggu, 25 Januari 2015

Harapan Pada Kebijakan Baru

Peran sektor pertanian bagi negara agraris seperti Indonesia sangatlah penting terutama sebagai penyedia bahan pangan, sandang dan papan dan juga sebagai pendukung perekonomian bangsa dalam hal penyedia komoditas eksport. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang banyak menampung banyaknya tenaga kerja karena mata pencarian rakyat Indonesia sebagian besar tergantung pada sektor ini. Pertanian Indonesia juga memiliki potensi yang sangat besar diantaranya sumber daya alam yang sangat kaya dan beragam.
Namun, semakin berkembangnya zaman banyak masyarakat desa yang mulai meninggalkan mata pencarian mereka sebagai petani, salah satu alasannya adalah bahwa sektor pertanian tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka. Semakin hari pembahasan masalah pertanian semakin sering terdengar mulai dari nasib para petani, kebjiakan pemerintah yang tidak pro rakyat, konversi lahan menjadi non pertanian, naiknya angka import komoditas pertanian, perubahan perilaku generasi muda di pedesaan yang tidak tertarik lagi pada pertanian, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk dll. Selain itu perubahan sistem perdagangan dunia juga telah membuat pertanian Indonesia harus bersiap dalam menghadapi tantangan pasar bebas agar dapat bersaing dalam kualitas dan daya produksi dengan negara agraris lainnya.
Pertanian indonesia dengan berbagai masalahnya harus segera dibenahi agar segala kekayaan alam Indonesia tidak disia-siakan sehingga dapat dimanfaatkan bagi bangsa ini. Dengan dilantiknya presiden terpilih pada Oktober lalu, diharapkan pemerintah dapat lebih memberi perhatian lebih terhadap pertanian Indonesia. Tidak hanya kebijakan-kebijakan yang dicanangkan tetapi juga dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya sehingga para petani dapat merasakan dampaknya.
Beberapa kebijakan pemerintah dalam hal ini antara lain membangun dan memperbaiki sarana irigasi di beberapa daerah serta penambahan 1 juta hektar lahan pertanian, meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai dengan mekanisasi teknologi dan menfokuskan pengusaha multinasional dalam bidang pertanian berupa asuransi pertanian guna meningkatkan kesejahteraan petani.[1] Dengan adanya beberapa kebijakan ini semoga di masa mendatang pertanian Indonesia semakin menuju ke arah perkembangan yang baik, tidak hanya menguntungkan para pengusaha tetapi juga dapat menyejahterakan petani. (By : Isti Qomala Sari_Ilalang)


[1] http://misektaunhas.org/wajah-pertanian-di-masa-kabinet-jokowi/

Buat Apa Bertani

Lahan pertanian terbentang luas dari ujung sabang sampai papua. Indonesia juga terkenal tanahnya subur loh jinawe. Hal ini sangat menguntungkan bagi para pelaku pertanian dan pelaku agribisnis. Tuhan yang maha Esa telah melimpahkan bumi Indonesia sumber daya alam yang melimpah ruah dan manusia diberi kemampuan akal pikiran yang dipergunakan untuk mengolah dan memanfaatkan alam semesta sebaik-baiknya untuk kepentingan seluruh umat. Amanat ini harus dijaga dan dilakukan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Banyak cara menjalankan amanat tersebut, antara lain dengan mengolah sumber daya alam dengan baik dan tidak merusak lingkungan. Terlepas dari hal tersebut,  pengembangan sektor agribisnis terutama menghadapi era globalisasi akan menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi.
Dewasa ini Indonesia mengalami perlambatan di bidang agribisnis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor manusia. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik manusia sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan terasa semakin penting dalam rangka mewujudkan struktur  perekonomian yang kokoh, dan sebagai usaha bersama atau kekeluargaan. Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alamnya tetapi sumber daya manusianya yang kurang produktif. meningkatkan produktifitas sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki nilai saing yang tinggi merupakan keinginan memajukan pembangunan nasional. Diharapkan proses ini membawa keuntungan dan mendorong proses pembangunan nasional.
Dalam hal ini pemerintah dan pelaku agribisnis harus saling bekerja sama membangun dan menata kembali struktur pertanian Indonesia. Misalnya pemerintah memberikan bantuan berupa bibit unggul murah dan pupuk murah kepada petani yang kurang mampu membeli bibit dan pupuk unggulan. Selain itu pemerintah harus benar-benar mengawasi berjalannya proses pertanian, lalu sampai produksi kemudian sampai ke tangan konsumen, agar hasil produksi bisa dinikmati oleh masyarakat indonesia sendiri.
Perlunya kesadaran diri manusia Indonesia untuk bisa mengatur dan mengembangkan agribisnis di kayanya dunia pertanian. Semakin sempitnya lahan pertanian akibat dari pembangunan yang berlebihan membuat penyebab kekurangan lahan pertanian, sebenarnya sekarang tidak harus on farm (di lahan pertanian) untuk memproduksi suatu bahan baku. Di luar lahan pertanian kini juga telah dikembangkan di berbagai daerah.
Memberikan ilmu pengetahuan atau sosialisasi kepada masyarakat untuk menanam dengan baik perlu dilakukan karena kurangnya informasi yang diperoleh masyarakat bisa juga menyebabkan kurangnya produksi masyarakat. Kurangnya minat masyarakat juga mengakibatkan rendahnya produktifitas pada masyarakat, atau karena masyarakat sudah tidak peduli dengan kondisi pertanian sekitar atau mungkin karena masyarakat lebih suka jadi manusia konsumtif ketimbang menjadi manusia yang produktif, atau mungkin karena lebih suka jadi PNS yang gajinya lumayan besar ketimbang jadi petani atau pengusaha, atau masyarakat kita gengsi menjadi seorang petani.
Padahal Indonesia pernah swasembada beras pada tahun 1970an, yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah mengulang sejarah swasembada pangan agar sejahtera masyarakatnya. Indonesia memerlukan generasi emas anak muda agribisnis untuk memajukan pertanian bangsa. menjadi tenaga ahli yang profesional serta menjadi sumberdaya manusia yang berdaya saing global.
Menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan lewat pertanian yang inovatif. Menjadikan Indonesia mampu bersaing dengan negara lain dari bidang pertanian, menyerap tenaga muda dan mengurangi pengangguran menjadi modal utama untuk membangun bangsa dan Negara, membanggakan pertanian Indonesia di kancah global, dan menstabilkan perekonomian bangsa. Tergantung mereka-mereka generasi penerus bangsa yang bakal menjunjung tinggi kemakmuran atau malah sebaliknya. menjadikan individu yang bermartabat cinta tanah air dan mensejahterakan bangsa serta negara.

Dibidang pertanian sendiri bisa memenuhi kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang banyak. Menjadikan budaya bertani sebagai sumber pemenuh kebutuhan masyakat. Meninggalkan kebiasaan import bahan baku dari negara lain. Menciptakan generasi yang siap bekerja demi kemajuan bangsa terutama di bidang pertanian. Jujur dalam bekerja sukses dalam memajukan generasi emas pemuda pemudi generasi agribisnis,  serta bekerja keras demi tanah air Indonesia. (By : Hilman Kurniawan_Ilalang)

Konversi, Penyakit Pertanian Indonesia

Pertanian merupakan suatu sektor yang sangat penting bagi kehidupan, yaitu sebagai penyedia kebutuhan pangan manusia yang paling utama. Selain itu pertanian juga berkontribusi besar terhadap perekonomian suatu negara. Terlebih bagi Indonesia yang disebut sebagai Negara Agraris.
Di Indonesia sendiri, kondisi pertanian dari waktu ke waktu semakin memprihatinkan. Membicarakan masalah pertanian seakan tidak ada habisnya. Berbagai macam permasalahan terus saja muncul. Salah satunya yaitu masalah alih fungsi lahan pertanian atau disebut konversi lahan. Lahan yang aslinya merupakan lahan khusus pertanian dikonversi menjadi kawasan industri, perdagangan dan perumahan. Luas konversi lahan secara nasional rata-rata mencapai lebih dari 100 ribu hektare per tahunnya, padahal tiap tahunnya pemerintah hanya mencetak sekitar 40 ribu hektare lahan pertanian baru. Itu artinya Indonesia kehilangan lahan Pertanian sekitar 60 ribu hektare per tahunnya.
Konversi lahan ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi pertanian itu sendiri, utamanya bagi para petani. Akibat konversi lahan, banyak petani yang kehilangan mata pencaharian mereka. Hal ini akan berkibat lanjut pada penurunan pendapatan petani dan juga menambah daftar penganguran di Indonesia. Konversi lahan ini tidak hanya mengurangi luas lahan pertanian di Indonesia secara besar-besaran, tetapi juga akan menghambat program pemerintah yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Dimana Ketahanan pangan ini sendiri menjadikan lahan pertanian sebagai objek utama untuk memproduksi pangan guna mencukupi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, mengingat angka pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Peluang produksi pangan berbanding lurus dengan ketersediaan lahan pertanian. Jika lahan pertanian semakin berkurang, maka produksi pangan akan menurun. Itu artinya jika semakin banyak kita kehilangan lahan pertanian karena konversi, maka semakin jauh pula harapan ketahanan pangan akan terwujud.

Menanggapi masalah konversi lahan ini, sebenarnya pemerintah telah membuat dan menetapkan peraturan dan perundangan antara lain Peraturan Pemerintah No 1 tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan UU NO 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Tujuannya tak lain untuk melindungi agar lahan pertanian tidak terus berkurang. Keberadaan PP dan UU ini dinilai kurang berpengaruh dalam menangani masalah konversi lahan tersebut. Dengan ditetapkannya peraturan ini seharusnya mampu menekan kasus konversi lahan yang ada. Tapi kenyataannya masih banyak kasus konversi lahan yang terjadi. Entah ini salah pemerintah yang kurang tegas menangani masalah ini atau pihak-pihak usil yang sulit diatur. Yang jelas kasus konversi ini tidak bisa didiamkan begitu saja. Jika dibiarkan terus-menerus, lama-kelamaan lahan pertanian Indonesia akan habis dan tentunya sebutan Indonesia sebagai ‘Negara Agraris’ hanya tinggal kenangan. (By : Hanna Amalina_Ilalang)

Kekayaan Pertanian Indonesia

              Indonesia adalah Negara agraris di mana kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dan pertanian adalah sector utama di nusantara ini.. Itu sebabnya kenapa Indonesia di sebut Negara agraris. Pertanian dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, pangan, hortikultura, perikanan, kehutanan, peternakan, dan perkebunan.
            Pertanian pangan di Indonesia menghasilkan padi, jagung, kentang, umbi, dsb. Namun makanan pokok dari masyarakat Indonesia sendiri adalah padi, karena pada masa orde baru yang dipimpin bapak presiden Soeharto, dicetuskan revolusi hijau di mana semua petani diharuskan menanan padi diseluruh wilayah Indonesia, sehingga melimpahnya hasil padi dan seluruh masyarakat Indonesia dijejali nasi sebagai makanan pokok. Padahal sebelum itu terjadi, di beberapa wilayah Indonesia makanan pokoknya bukanlah nasi.
            Pertanian hortikultutra merupakan pertanian yang menghasilkan buah-buahan, sayuran, obat-obatan, dan bunga. Contoh produk seperti: durian, manga, bunga mawar, bunga anggrek, jahe, temulawak, sawi, wortel dsb. Masyarakat Indonesia sangat senang mengkonsumsi sayuran dan buah-buhan sehingga sayuran dan buah-buhan akan selalu ada di pasar, untuk bunga masyarakat Indonesia lebih sering untuk hiasan rumah atau rangkaian ucapan yang dikirimkan kepada sanak kerabat. Obat-obatan biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan baku pembuatan jamu/obat tradisiomal. Untuk buah-buhan itu sendiri, di Indonesia biasanya musiman jadi tidak selalu ada di pasaran seperti, dukuh, lengkeng, durian, dsb.
            Pertanian perikanan di bagi menjadi 2 yaitu: air tawar dan air laut. Perikanan air tawar meliputi ikan-ikan yang hidup dan berkembang di air tawar seperti ikan sungai dan danau. Ikan air tawar ini lebih banyak dibudidayakan di kolam-kolam, ikan yang biasa dibudidayakan antara lain ikan mas, ikan mujair, ikan lele, ikan guramai dsb. Perikanan air laut, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki laut yang luas sehingga hasil ikan lautnya melimpah, untuk ikan laut tidak banyak yang dibudidayakan lebih banyak yang ditangkap oleh nelayan, ikan yang biasanya ditangkap adalah ikan tenggiri, ikan kue, ikan ayam-ayam, dsb. Orang Indonesia sering mengkonsumsi ikan sebagai lauk-pauk dan mempunyai banyak resep olahan berbahan dasar ikan.
            Pertanian kehutanan Indonesia lebih banyak menghasil kayu sebagai bahan baku pembuatan prabotan rumah tangga, kertas, bahan baku pembutan rumah, dsb. Hutan Indonesia yang luas  dan berjenis hutan tropis membuat banyak jenis-jenis pohon kayu yang tumbuh dan bagus sebagai bahan baku. Tapi di Indonesia banyak terjadi penebangan liar dan membuat hutan di Indonesia mulai gundul.
            Pertanian pertenakan di Indonesia ada macam-macam, ada ungas seperti ayam, bebek, burung dara, dsb. Ada juga hewan mamalia seperti kambing, kelinci, sapi, kerbau, kuda, dsb. Yang diambil dari hewan-hewan tersebut bermacam-macam ada yang diambil telurnya untuk hewan ungas, susunya (kambing, sapi, kuda), kulitnya (kambing, sapi, kerbau), ada juga yang di ternakan untuk hobi peliharaan (kelinci,kuda), namun rata-rata hewan-hewan ini diambil dagingnya untuk dikonsumsi.
            Pertanian perkebunan di Indonesia meliputi perkebunan sawit untuk yang diolah menjadi CPO. Perkebunan teh diolah menjadi minuman teh. Perkebunan tembakau yang biasa diolah menjadi bahan baku rokok, obat kecantikan, dsb.
            Indonesia merupakan Negara agraris dan juga Negara kepulauan yang sangat luas nan kaya. Banyak sumber daya alam yang sangat melimpah ruah dan harus dimanfaatkan sebaik-baik nya, sumber daya alam di Indonesia bisa kita kelola dengan ilmu pertanian dan kita harus tetap mempertahankan Negara Indonesia sebagai Negara agraris. (By : Fristgi Maulana W_Ilalang)


Diberdayakan oleh Blogger.